10 Magic Public Speaking dan contoh Penerapannya dalam Tema Pidato Saya

header

Kemampuan Public Speaking atau berbicara di dean umum ini adalah kemampuan yang tidak banyak dimiliki orang, namun harus untuk di pelajari. Siapapun yang dapat menguasai dan mampu mengaplikasikan keahlian tersebut tentunya akan dapt mudah memasuki pikiran khalayak atau audiencenya. Setelah seorang Public Speaking memahami betul keahlian tersebut, maka tidak akansulit pula bagi pembicara untuk dapat menerka reaksi audience dan menyampaikan makna yang di maksudkannya hingga benra-benar di fahami oleh pendengar.

Public Speaking memiliki 10 keahlian mendasar yang wajib untuk difahami dan di kuasai. Hal inilah yang akan menjadi tolak ukur kualitas dan kuantitas pembicaranya :

  1. Language Proficiency

Adalah teknik penguasaan bahasa, teori, dan sumber-sumber informasi yang mampu menarik secara kuat perhatian dan pemikiran para pendengar. Dengan pembendaharaan bahasa yang dimiliki, serta gaya dalam penyampaian akan semakin mudah menarik perhatian pendengar.

Contoh : Saat saya berpidato saya menyampaikannya dengan menjelaskan teori-teori mengenai seks education dan bahkan contoh yang saya gunakan informasinya saya ambil dari hasil survey komisi perlindungan anak yang dilakukan pada tahun 2012 tentang seberapa banyak siswa SMP dan SMA melakukan hubungan seks pranikah.

  1. Say it Right

Maksudnya adalah seorang pembicara harus dapat melafalkan kalimat dengan benar, tidak di perkenankan membawa logat asli yang membuat pengucapan kalimat menjadi aneh atau tidak dapat di mengerti.

Contoh : saat saya menyampaikan pidato saya melafal kata efektif dengan benar bukan epektip.

  1. Charismatic Speaker

Seorang pembicara haruslah menguasai materi dan faham betul akan apa yang di katakan, agar saat menyampaikan materi tidak membuanya gugup sehingga terlihat tidak memiliki kualitas yang baik sebagai pembicara.

Contoh : Sebagai seorang speakers, walaupun masih tahap berlatih saya rasa ketika kemarin saya berpidato tidak ada kata sumbang yang saya gunakan seperti “eeeee” “hmmmm” dsb. Kalimat dan materi yang saya sampaikan tersusun dengan benar dan saya kuasai betul-betul sehingga tidak membuat para audience pusing mendengarnya.

  1. Body Language

Karakteristik gerakan anda saat di atas pangung adalah cerminan bagaimana mental anda saat itu, jika pembicara melakukan gerakan yang aneh dan membuat audience merasa tidak nyaman melihatnya, sebaiknya berhenti melakukan gerakan aneh atau turun saja dari panggung. Pembicara dengan gerakan aneh yang jelas menampilkan dirinya over akting atau over nerveus adalah pembicara dengan kualitas buruk.

Contohnya : Saya cukup percaya diri dengan penampilan saya kemarin. Berpakaian formal dengan high heels, dan ketika dipanggung pun saya nyaman dengan apa yang saya kenakan sehingga saya tidak terlalu banyak melakukan gerakan yang tidak perlu seperti membenarkan rok saya, garuk-garuk kepala dsb.

  1. Confident and Nervous

Adalah ketidak siapan mental sang pembicara saat naik ke panggung atau podium. Hal ini dikarenakan belum terbiasanya atau ketidak siapannya terhadap pandangan berbagai kalangan audience.

Contoh: Karena saya telah menguasai materi nya dan cukup PD dengan penampilan saya, ketika di atas panggung pun rasa canggung,nervous,tidak percaya diri ataupun gugup tidak saya rasakan.

  1. Show Case

Semacam ice breaking yang berfungsi untuk mencaikan suasana agar pembicara lebih dapat di perhatikan dan mendapat perhatian dari audience. Caranya adalah dengan membangun semangat atau membuat lelucon sederhana.

Contoh : selama 15 menit saya berpidato, tidak melulu tentang materi yang kaku yg saya bawakan. Saya menyempatkan bercerita tentang kisah ponakan saya yang tentu nya masih berhubungan dengan tema sebagai ice breaking agar audience tidak mengantuk dan bosan.

  1. Consideration of alternative Solutions

Pembicara disarankan memberikan pertimbangan pada beberapa pendapat audience dan narasumber yang mendekati topik dan temamateri pembicaraan.

Contoh : “Ketika para remaja mulai merasakan efek negativ dari kurang nya seks education yang diberikan orang tua dan pendidik di sekolah, salah siapa kah ini? Atau memang hal tersebut saat ini telah menjadi tren?” pernyataan tersebut saya ucapkan di pidato saya dan mungkin saja menimbulkan banyaknya pendapat yang bermunculan dari audience.

  1. Sleigh Audience in your opinion

Membuat audience memiliki opini dan pemikiran yang sama seperti pembicara sehingga timbul kesepahaman antara kedua pihak. Karena pembicara baru dapat dikatakan sukses apabila audience nya dapat terpengaruh oleh materi yang di sampaikannya.

Contoh : “Seharusnya sebagai orang tua kita harus memberkan seks education dini pada anak kita agar mereka paham betul apa saja bahaya dari seks itu sendiri jika dipraktikan dengan tidak benar. Dan saya rasa hal ini bukan saja tanggung jawab orang tua namun guru disekolah serta peran pemerintah juga penting dalam mensosialisasikan tentang apa itu seks kepada para generasi muda” kalimat yang saya ucapkan saat menyampaikan pidato dan disepakati oleh audience.

  1. Draw great conclusions

Kesimpulan adalah inti dari materi panjang lebar yang telah di sampaikan. Kesimpulan yang diberikan haruslah dpat tertanam di benak para audience agar materi yang tersampaikan tidak serta merta mejadi sebuah angin lalu. Maka pembicara harus dapat mempu menarik perhatian audience untuk yang terakhir dengan membuat mereka merasa bangga telah mendengar materi dari sang pembicara.

Contoh : “Mari kita menjadi orang tua yang bisa menerapkan seks education dengan baik kepada anak-anak kita nanti agar mereka terhindar dari bahaya seks itu sendiri” Kalimat kesimpulan yang saya berikan ini mengandung makna penyemangat dan senantiasa diingat oleh audience.

  1. Show Empathy at the End Speech

Menutup pembicaraan juga adalah salah satu aspek paling penting yang terakhir kali harus dilakukan oleh pembicara. Tuturkata yang baik dan empati yang di berikan dengan tulus oleh pembicara kepada pendengar dapat menimbulkan kesan lebih pada audience sehingga akan semakin merasa bahwa pembicara adalah benar orang yang berkualitas.

Contoh : “semoga generasi anak bangsa kita nanti bisa lebih baik dan bisa berkarya serta bisa membanggakan bangsa kita “. Kalimat tersebut saya ucapkan saat diakhir pidato sebagai kalimat perpisahan yang menyemangati.

Itulah 10 magic public speaking yang saya rasa telah saya lakukan dan terapkan ketika saya berpidato kemarin.

Tinggalkan komentar